Dengan nama Allah, Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam bagi Rasulullah dan orang-orang yang mengikutinya, amma ba’du.
Berbagai peristiwa besar yang menimpa umat Islam mendorong kita untuk selalu merenung tentang kondisi umat Islam yang sebenarnya. Dulu, generasi awal umat ini berpegang teguh pada agamanya. Merekalah umat yang luhur, dimana tentara mereka dapat berdiri tegak dihadapan pasukan musuh yang melampaui batas, yang terbesar pada masa itu.
Saat itu mereka mengatakan, “Sesungguhnya Allah mengutus kami untuk mengeluarkan umat ini dari penyembahan kepada hamba sahaya menuju penyembahan kepada Allah Ta’ala yang satu. Mengeluarkan manusia dari kezaliman berbagai agama kepada keadilan Islam. Membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya dunia dan akhirat.”
Begitupun para penggantinya, pernah menyampaikan dengan penuh percaya diri kepada awan yang berhembus di udara: “Turunkanlah hujan sekehendakmu, maka pastilah curahanmu akan menimpaku.” Salah satu pemimpinnya menceburkan kudanya ke lepas pantai, dimana berakhirlah satu hamparan bumi di hadapan matanya, lalu ia berkata: “Demi Allah, seandainya aku tahu bahwa dibelakangmu ada daratan dimana orang mengkafirkan Allah, pastilah aku akan memeranginya di jalan Allah.”
Maka (seolah-olah) bumi dimudahkan untuk mereka, semua kesulitan di bumi ini dimudahkan, dan tegaklah keadilan dimana mereka berada. Dan (saat itu) tidaklah ada orang merdeka yang diperbudak di tanah mereka, juga tidak ada orang yang dizalimi.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam (pernah) berdiri untuk jenazah orang Yahudi yang lewat di depan mereka seraya berkata: “Bukankan ia juga manusia?” Dan khalifah mereka Al-Faruq pernah menyuruh seorang Nashrani dari mesir untuk meng-qishash anak dari gubernur mereka seraya berkata, “Sesungguhnya anaknya tidak memukulmu kecuali dengan kekuasaan ayahnya.” Kemudian mengatakan sesuatu hal yang kekal (dalam ingatan) hingga sekarang “ Ya ‘Amr, kapan kamu memperbudak manusia, sedangkan ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?”
Generasi pun berganti
Hampir berlalu satu atau dua generasi, hingga Islam menjadi sebuah ”butik peradaban” yang memiliki bangunan canggih. Di dalamnya menyatu berbagai khazanah alam. Maka muncullah dari golongan ahli hadits Imam Bukhari, Muslim An-Nîsâbûrî, Abu Dawud as-Sajastanî, dan An-Nasai. Begitu juga Ibnu Hambali Al’Arabi Asy-Syibani. Dan dari golongan ahli tafsir diantaranya Ath-Thabari dan Qurthubi. Begitu juga Ibnu Katsir, Al-Arabi Al-Qurasyiyyi. Kemudian dari ilmu kedokteran dan filsafat diantaranya Ar-Raazi, Ash-Shaby, Ibnu Rusyd Al-Andalusy. Mereka mengangkat syi’ar: “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa” (QS. Al-Hujurat: 13). Mereka juga mempunyai seruan: “Tidak ada keutamaan orang Arab atas orang asing kecuali dengan ketaqwaan.”
Zaman silih berganti, dan setiap sesuatu kalau tidak sempurna pasti ada kekurangan. Faktor kelemahan menghinggapi umat Islam dari sisi internal, juga faktor tekanan yang terus menerus dari sisi eksternal. Dan mulailah masa keguguran martabat Islam dalam diri umat ini dan pimpinannya.
Tentaranya rapuh dan perlawanannya luluh serta musuh-musuh punya pengaruh dari segala sisi. Benarlah apa yang difirmankan Allah Ta’ala:
إِنَّهُمْ إِن يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَن تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا
“Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan beruntung selama-lamanya" (QS. Al-Kahfi: 20).
Perang salib yang tidak pernah berhenti
Penjajah bangsa-bangsa barat kemudian menancapkan cakarnya di hampir seluruh negeri muslim, dari Turkistan timur, Filiphina dan Indonesia dari sisi sebelah timur sampai negeri Spanyol dari sisi barat. Dan dari Eropa tengah di sisi utara sampai Afrika di sisi selatan. Semuanya dalam satu komando penyerangan yang dilancarkan kepada seluruh umat Islam dan menewaskan jutaan kaum muslimin. Hasil-hasil bumi mereka rampas secara rapi dan budi pekerti anak bangsa mereka hancurkan dengan sengaja dan penuh target.
Di antara semangat anti Islam yang mereka lancarkan bisa terekam dalam beberapa episod sejarah. Orang-orang dari pasukan Italia mendengarkan seruan yang berapi-api setelah menggempur Libia: “Wahai ibu, janganlah engkau menangis, tapi tertawalah dan berharaplah, sungguh aku akan pergi ke Tripoli dengan perasaan riang gembira. Aku akan tumpahkan darahku untuk membinasakan umat Islam! Untuk memerangi Islam dan aku akan memerangi dengan sepenuh kekuatanku untuk menghancurkan al-Qur’an”.
Orang-orang dari pasukan Inggris mendengarkan seruan seniornya, Gladiston yang mengatakan dengan penuh congkak: “Wajib bagi kalian semua untuk melenyapkan al-Qur’an.” Mereka juga melihat pimpinannya, Lord Lamby memasuki Al-Quds pada perang dunia pertama seraya berseru: “Hari ini Perang Salib telah usai.” Jenderal Prancis, Ghoro menendang makam Shalahuddin di Syiria lalu mengatakan: “Kami datang kembali wahai Shalahuddin”.
Setelah itu, warga dunia dikejutkan dengan kejadian yang dilakukan Serbia dan Kroasia terhadap muslim Bosnia. Lima puluh ribu muslimah telah ternodai kehormatannya di hadapan mata dan telinga orang-orang Eropa dan Amerika dan juga pasukan PBB. Mereka dihamili oleh janin-janin anjing yang terlaknat!
Sebenarnya, bukan hanya mereka yang patut dicela dan dibenci. Kitalah yang seharusnya mencela diri kita sendiri karena kebodohan dan kelemahan kita saat ini!
Di satu sisi, kita tidak boleh bersikap apriori dengan semua peradaban barat, termasuk pengakuan terhadap apa-apa yang telah mereka persembahkan untuk kemajuan dunia dalam hal sains dan teknologi serta kebangkitan ilmu pengetahuan, seni, politik dan sosial. Bagaimana kita memungkiri itu semua padahal kita adalah anak dari sebuah peradaban yang di dalamnya Al-Qur’an mengatakan:
وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa” (QS. Al-Maidah: 8).
Namun di sisi lain, kita mestinya membenci kelalaian kita sendiri. Karena kelalaian itu akan membuat kemurkaan Allah. Allah berfirman:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالإِنسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لاَّ يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لاَّ يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لاَّ يَسْمَعُونَ بِهَا أُوْلَئِكَ كَالأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُوْلَئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (QS. Al-A’raf: 179).
Kelalaian utama kita adalah tidak lagi bisa membedakan mana musuh yang sebenarnya dan mana teman yang harus kita lindungi dan perjuangkan.
Dorongan keagamaan mereka yang sesat
Sungguh kita telah melihat benih-benih permusuhan mereka terhadap umat Islam berlandaskan pada pondasi yang kokoh. Kita juga melihat hati-hati mereka terbakar oleh kedengkian, yang digerakkan oleh dongeng-dongeng sesat. Mereka jadikan dongeng itu sebagai agama hingga salah seorang tokoh mereka mengatakan, sesungguhnya Tuhan telah menurunkan wahyu untuk menggempur Irak dan merobohkan sistem peradilannya. Mereka mengatakan dengan lantang bahwa perang terhadap umat Islam adalah perang salib.
Kita telah mengetahui dengan sebenar-benarnya bahwa peradaban Eropa dan Amerika tidak ada kaitannya dengan agama masehi yang dibawa oleh Utusan Allah, Nabi Isa ‘Alaihis Salam. Karena agama ini berdiri di atas dasar toleransi dan cinta kasih.
Kita sepakat apa yang pernah dikatakan Welez, pengarang kitab ‘Ma’alim fi Tarikh al-Insaniyyah (Petunjuk-petunjuk dalam Sejarah Manusia), penulis mengatakan: “Sesungguhnya bangsa Eropa telah terbiasa sejak lama menjadikan ajaran-ajaran Yesus Sang Penyelamat sebagai penghalang yang kuat. Sejak Eropa masuk ke dalam era kebangkitan, mereka memutuskan untuk menjadikan agama dan gereja dalam suatu sisi kehidupan yang terisolasi. Mereka memisahkan agama dari kehidupan dunia.
Akan tetapi kita mendapatkan sekarang, agama menjadi tunduk kepada hawa nafsu mereka dalam kecongkakan dan keterpaksaan, seperti yang kita lihat. Mereka jadikan agama palsu itu lebih buruk dari apa yang diperkirakan yaitu kefanatikan yang terkutuk, dimana mereka tidak mengindahkan ajaran-ajaran langit lagi.
Kita mengetahui bahwa di barat banyak cendikiawan. Mereka tidak rela apa-apa yang berubah dari alam ini karena pengaruh peradaban mereka. Permusuhan ini membuat perasaan mereka tidak dapat tidur di alam ini, karena ulah siasat mereka sendiri.
Sesungguhnya 94 persen penghasilan dunia berasal dari negara industri mereka dan 75 persen investasi dunia mengarah ke negara-negara mereka. Kekayaan alam berada pada segelintir orang-orang kaya. Dua ratus orang di negara mereka memiliki harta sebanyak 1 Milyar Dollar, sedangkan 582 juta orang di 43 negara-negara berkembang hanya memiliki 146 juta Dollar.
Satu juta orang yang hidup di negara-negara berkembang tidak memiliki cadangan air minum yang baik dan 43 juta manusia mengidap penyakit aids, buah dari eksperimen mereka. Mereka mengeluarkan kekayaan alam untuk pembuatan senjata dan hal-hal lain yang berlebihan. Disamping itu, terdapat 73 juta penduduk arab hidup berada di bawah garis kemiskinan dan 15 juta orang pengangguran.
Produk peradaban mereka yang seperti inikah yang akan memimpin dunia, yang bisa membuat hidup ini aman dan sejahtera?
Makna Kemajuan Peradaban
Peradaban bukanlah sekadar kemajuan dari segi materi saja, akan tetapi ia adalah kemajuan dari segi materi yang berdiri berlandaskan asas-asas keruhanian dan akhlak yang luhur, serta nilai kemanusiaan yang agung. Peradaban bukanlah terbatas pada perkembangan di suatu tempat saja, akan tetapi merupakan sebuah anugerah umat dari segala sisi, baik materi maupun etika. Dan nilainya dilihat dari kebaikan manusia yang ada.
Benar apa yang difirmankan Allah Ta’ala kepada umat Islam: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia” (QS. Ali Imran: 110) dan firman Allah: “Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi (QS. Ar-Ra’du: 17).
Seruan kami kepada Umat Islam
Sesungguhnya putera-puteri kalian dituntut untuk memikirkan masalah ini lebih dari yang pernah dilakukan pada masa lalu. Mereka harus memahami kebutuhan manusia terhadap pentingnya misi dakwah yang mereka emban serta peradaban yang mereka agungkan. Gelorakan semangat pemuda-pemuda kita untuk melakukan perlawanan terhadap agresi Barat dan Zionis-AS. Bangkitkan umat ini dari tidur panjangnya dan peringatkan generasi umat ini dari tipu daya dan bualan peradaban palsu Barat.
Sesungguhnya kita berada pada puncak sejarah yang dapat melumpuhkan peradaban yang penuh paksaan, perbudakan, kezaliman dan kecongkakan untuk memberikan tempat bagi peradaban yang lebih adil dan manusiawi.
Allah Ta’ala berfirman:
وَاللّهُ غَالِبٌ عَلَى أَمْرِهِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ
“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya (QS. Yusuf: 21)
Shalawat dan salam Allah serta keberkahan atas diri Nabi Muhammad dan keluarganya serta sahabatnya. Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
(Diterjemahkan dari Risalah Ikhwan edisi Juli 2006)
Sumber: Eramuslim.com
No comments:
Post a Comment